Sabtu, 29 Januari 2011

Belajar pada Air Mata

Kami hidup berawal dari menangis. Jerit sekali. Seperti embik yang kehilangan rumput. Tapi begitulah kami memulai hidup. Mencintai dengan menangis. Membenci pula dengan menangis. Ah. Kami tidak sedang membuat hujan. Tapi begitulah kami.

Mari belajar pada air mata. Karena mereka tidak mau sekedar turun dan menetes. Ada yang ingin disampaikan. Mereka meresap dalam sanubari yang bergejolak. Mereka menyejukkan jiwa yang terlunta luka akibat aliran emosi yang menyengat. Menumbuhkan bunga-bunga kecil yang indah. Yang melambai-lambaikan kalimat kesopanan. "Bergegaslah setelah tangisanmu ini. Bergembiralah."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar