Selasa, 07 Februari 2012

Sabar Saja

Sebenarnya aku agak tergelitik. Kisahku, mungkin beberapa dari rekan sejawatku mengalami. Kutuliskan ini bukan untuk membeberkan rahasia seorang pasien karena tidak kusebutkan nama ataupun identitas yang lain, begitupun waktu kejadian.

Ketika aku sedang jaga dalam IGD di sebuah Rumah Sakit, kudapati pasien yang baru datang dirujuk dari Rumah Sakit di suatu daerah akibat kecelakaan lalu lintas. Banyak luka terukir pada tubuhnya yang terbaring dan mengalir banyak darah darinya. Kesadarannya pun terlihat menurun. Diputuskan untuk dilakukan tindakan pertolongan segera agar pasien tersebut tidak jatuh dalam keadaan yang lebih buruk.

Syukurku, ia beruntung. Tuhan masih berikan nyawa yang terbenam dalam raga nya. Pasien tersebut masih selamat. Respon tubuhnya cepat, meski kemudian mesti tetap dalam observasi kami saat itu.

Setelah kondisinya terlihat stabil, diputuskan untuk menutup luka-luka yang ada dengan jahitan, agar perdarahan yang ada berhenti. Kulakukan. Dengan persetujuan.

Ya, ada sedikit keanehan. Pasien ini kuduga dalam pengaruh obat (DPO). Atau istilahnya, ia sedang mabuk. Hecting, terpaksa tetap kulakukan. Agak paternalistik, memang.

Awalnya, ia hanya memberontak. Lama kelamaan, sepertinya marahnya menjadi-jadi. Rentetan kata-kata kotor diucapkannya tepat padaku! Berkali-kali. Dan berlangsung selama proses itu berlangsung.

Sambil menghirup sisa bau alkohol semerbak dari mulutnya, tetap kulanjutkan "usahaku". Ah, ternyata harus kutahan lebih lama dari yang kubayangkan. Kata-kata kotornya masih akan merasuk kupingku, sebelum tugas ini selesai.

Nasibku? memang. Dan sekali lagi, mungkin kan terulang pada korban lainnya. Ngerinya membayangkan hal yang lebih buruk dari ini. Nasib kami? memang.

Sabar saja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar