Hidup adalah kunci. Mati adalah pintu. Sehingga kami berhidup, memiliki pintu yang pasti. Sehingga kami berhidup, memilah-milih kunci yang tepat untuk pintu yang di dalamnya ada sesuatu keindahan yang diangan-angan. Jika tidak, sebaliknya.
Kami semestinya enggan menjadikan kunci yang sedang digenggam ini, rusak akibat lalai. Jadi cacat. Bodoh rasanya menyia-nyiakan. Sebab jelaslah, pintu yang ada sudah menunggu-nunggu. Di depan kami. Bahkan di depan kedua mata kami. Bahkan di dekat urat-urat nadi kami. Bahkan di lekuk-lekuk otak kami. Bahkan di tiap-tiap sela iga kami. Bahkan di dalam rongga dada kami yang begitu sempit. Bahkan di genang-genang darah kami. Begitu dekatnya.
Tak boleh salah! Bisa jadi adalah detik ini. Adalah kunci terakhir bagi kami. Tiada berkesempatan di kemudian waktu. Bergegaslah, perbaiki segera!
terima kasih atas informasi yang sudah di berikan dalam web ini
BalasHapus