Selasa, 15 Mei 2012

Membangun Kebaikan

Matahari itu berbeda dengan bulan. Laut pun berbeda dengan langit. Meski sama bercahaya, meski sama membiru, tapi asal-usulnya berbeda. Cahaya bulan pantulan matahari, begitupun birunya laut pantulan langit. Meski sama bercahaya, meski sama membiru. Namun apakah orang pernah menyalahkan bulan? Justru karna nya malam jadi terang. Hamparan bumi tak menyepi dalam gelap. Dan apakah laut juga ikut disalahkan? Justru indahnya laut membiru akan mengajak mata kita menikmati ciptaan-Nya yang begitu eksotis. Maka kadang kita merasa minder dalam meniru. Khususnya hal yang baik. Tidak apa-apa. Tanpa harus mengetahui dahulu apa alasannya, kebaikan sekecil apapun tidak ada yang tidak pantas kita tiru selama masih berada dalam koridor atau batasan-batasan yang telah digariskan. Jujur saja, kita adalah makhluk peniru dari apa-apa yang senantiasa kita lihat, disadari maupun tidak. Maka ketrampilan memilah dan mengakuisisi kebaikan ke dalam diri menjadi sangat penting. Sebagai catatan, ketrampilan tersebut agaknya memang bergantung dari sedalam apa wawasan kita tentang kebaikan itu sendiri. Untuk ini, kita mesti belajar. Oleh karena itu, bangunlah kebaikan diri dari meniru contoh yang baik. Ingatlah bahwa Allah menjabarkan kalam-Nya banyak dalam perumpamaan-perumpamaan. Engkau juga tidak akan bisa berdiri sendirian dalam kebaikan. Engkau harus ikut bersujud dengan orang-orang yang juga sedang bersujud. Dan yang terpenting, engkau pun sebenarnya harus juga berada dalam lingkungan kebaikan itu sendiri. Jika tidak, dimanakah engkau akan tercelup? Matahari tidak berseteru dengan bulan. Langit pun tidak. Karena mungkin mereka sedang bersama-sama membangun kebaikan untuk kuasanya. Harmoninya teratur dan konsisten. Mengapa kita tidak? Tetaplah bersemangat membangun kebaikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar