Sabtu, 12 Maret 2011

Aku Iri.

Begitulah manusia ini menjaga dan memelihara asa kesyukuran pada Tuhannya. Keringatnya kerap mengalir. Melabuhkan diri pada tempat dimana kakinya berpijak. Mereka tuli? tidak. Mereka bahkan memanen cacian dari orang yang suka melempar caci. Lalu apakah mereka buta? sama sekali tidak. Terang-terangan orang di sekitarnya membunuh nurani suci melekat dalam dada. Ah. Merekalah yang selalu memiliki momentum dalam hidupnya. Begitulah asa kesyukuran pada Tuhannya.

Hidup. Kaki mereka. Tangan mereka. Telinga mereka. Mulut mereka. Pikiran mereka. Hati mereka. Semangat mereka. Semua hidup tanpa bayang keraguan. Itulah jati diri. Kuat mencengkerama. Langkah mereka menjulang tinggi. Padahal tak ada sayap. Itu bukan angan-angan kosong.

Tak sadar aku telah iri. Pada mereka yang tulangnya tahan banting. Yang kepalanya tertunduk bukan lesu. Melainkan pandangan yang tak terundang maksiat. Yang wajahnya merekah bagai bunga merona. Tebaran senyum bukan sekedar pesona. Yang tangannya berurat, tapi lembut. Yang kedua kakinya kian bengkak karena enggan kenal henti. Yang hatinya abadi untuk-Nya.

Aku iri dengan mereka.

2 komentar:

  1. bagus2 mei tulisannya:D, ayo mampir2, haha...
    *numpang iklan biar ikut rame:p

    BalasHapus