Rabu, 24 November 2010

Malam.

Malam..

Bagi sebagian..

untuk tidur dihabiskan..



Bagi sebagian..

untuk bergadang direlakan..



Bagi sebagian..

untuk acara tayangan..



..



Tetapi,

Bagi sebagian..

tidak untuk dihabiskan..

melainkan..

sepertiganya disisakan..

untuk tangan ditengadahkan..

untuk doa dipanjatkan..

untuk air mata diteteskan..

untuk gemetar dirasakan..

untuk tawa disimpan..

untuk diri disidangkan..

untuk hati dikuatkan..

untuk pikiran dijernihkan..

untuk didekatkan..

di dalam dekapan..

Sang Pencipta insan..

Sabtu, 13 November 2010

Merekalah Para Pahlawan Indonesia


Anda kenal dengan lebah? Sebagai salah satu spesies yang ada dan bertebaran di muka bumi, lebah telah lama dikenal sebagai hewan yang memiliki karakteristik yang unik. Beberapa di antaranya yaitu mengapa lebah membuat madu melebihi jumlah yang mereka perlukan? Lalu mengapa sarang yang mereka buat berbentuk heksagonal? Kemudian pernahkah Anda melihat lebah terbang sendirian? Di sini titik tekan yang akan dibahas terkait dengan judul di atas. Pantas kita ketahui bahwa lebah merupakan hewan yang mampu menggunakan prinsip sosial bermasyarakat dengan sempurna. Serangga bertubuh mungil dan berukuran 1-2 cm ini menggunakan konsep komunikasi dengan efektif. Berikut dapat Anda perhatikan.

Guna menghasilkan setengah kilogram madu mereka membutuhkan sekitar empat juta kuntum bunga untuk dikunjungi. Coba Anda bandingkan dengan ukuran tubuh mereka yang begitu kecil! Pekerjaan berat ini mereka laksanakan secara cerdas. Lebah membentuk beberapa koloni. Koloni lebah berpencar untuk mencari sumber bunga. Mereka membagi diri untuk penugasan secara berkelompok-kelompok, ada yang sebagai lebah pencari sumber bunga dan ada yang sebagai lebah pemandu. Saat seekor lebah pencari menemukan sumber bunga, ia memberikan sinyal kepada lebah lain. Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa mereka sinyal tersebut diungkapkan dengan “menari”. Setelah itu, lebah pemandu dapat mengetahui dengan tepat arah dan jarak sumber bunga tersebut dan menjadi pemandu bagi rekan-rekannya. Perilaku yang cukup mengagumkan! Sikap mereka terorganisasi dengan detail.

Begitu juga dengan makhluk hidup yang bernama manusia. Kehidupan manusia, sadar atau tidak, patut meneladani apa yang telah lebah tunjukkan. Sesuatu yang telah diperlihatkan sebelumnya hanyalah sekelumit contoh kecil. Serangga kecil ini setidaknya mampu merefleksikan kepada kita bahwa solidaritas dalam bermasyarakat memerlukan unsur-unsur penting seperti komunikasi efektif maupun organisasi yang baik. Perilaku cerdas mampu mereka pertontonkan. Bahkan seharusnya kita malu karena lebah sendiri bahkan tidak memerlukan teknologi canggih. Mereka hanya menggunakan sebatang pohon untuk sarang, berbagai kuntum bunga sebagai bahan baku isi dalam sarang, dan cuaca serta musim yang mendukung. Kita tidak pula memungkiri betapa produktifnya peradaban lebah tersebut. Mereka membuat madu melebihi apa yang mereka sendiri butuhkan. Itulah ilham Tuhan untuk lebah kepada manusia yang memang juga mengkonsumsi madu.

Manusia tetaplah manusia, bukan lebah. Akan tetapi perilaku lebah menjadi suatu hal yang hakikatnya dapat manusia tiru. Bahkan teknologi canggih buatan manusia sendirilah yang menemukan keajaiban yang ada pada serangga mungil ini sebagai salah satu karya besar Sang Maha Pencipta. Serangga mungil dengan karya indahnya. Hal tersebut menandakan bahwa peradaban besar dapat bermula dari hal kecil seperti ini, bukan hanya terfokus dari majunya teknologi.

Bisa jadi Indonesia saat ini sedang membutuhkan itu. Sebuah soliditas masyarakat dalam peradaban besar guna menjadi bangsa yang besar. Masyarakat Indonesia tidak perlu malu untuk belajar dari serangga berukuran kecil ini. Perlu disadari bahwa bangsa ini sedang mengalami krisis perpecahan. Banyak elemen masyarakat yang masih terlihat menggunakan sekat tebal sehingga cenderung lebih sensitif terhadap adanya perbedaan. Padahal lebah saja tidak pernah memandang darimana asal kawanan lebah itu. Lebah lebih mengutamakan produktivitas kerja sebagai buah dari kerjasama mereka. Begitu pula kita yang berada dalam satu bangsa ini. Tidak bosankah kita yang terlalu sibuk mengutak-atik perbedaan yang ada sehingga terlihat menjadi lebih besar? Tidak gelapkah mata kita terhalang olehnya?

Sudah saatnya bangsa ini lebih paham dan sadar makna dari persatuan yang diusung sejak zaman perlawanan terhadap penjajah. Para pahlawan terdahulu telah membuktikannya. Mereka bekerja bukan untuk diri pribadi ataupun golongan. Maka selayaknya kita mampu memaknai bahwa saat ini kita seharusnya sedang membangun sebuah tim impian untuk Indonesia. Tim yang dibangun dengan proses kerjasama apik menuju masyarakat yang solid. Tim yang juga memiliki keyakinan dan visi tajam dalam melukis gambaran masyarakat yang ideal. Jika mampu tercipta, tim inilah pahlawan-pahlawan Indonesia yang sesungguhnya.

Rabu, 10 November 2010

Dua Mata, Satu Hati

Bertatap di depan kaca. Melihat sesosok yang kurang sempurna. Sempurna, bukan polos tidak ada noda. Sempurna, dalam prosesnya. Namun, tidak jarang yang berpikir, "Saya sudah lengkap!". Merasa lebih besar layaknya berkaca pada cermin yang cekung. Melihat sesosok bayangan yang lebih besar. Sayang, pandangan nya terkelabui.

Orang besar tidak mau mengatakan apapun tentang dirinya. Mereka hanya ingin memikirkan apa yang dapat mereka berikan. Dirinya dilihat bukan dengan mata yang ada di kepala. Oleh karna nya, hati-hati dalam melihat diri. Bisa jadi saat kita merasa besar, hati kita sedang membengkak sehingga menghalangi apa yang dilihat oleh hati. Memang, hati hanya ada satu. Lebih sedikit dari jumlah mata kita. Namun pandangan nya mungkin lebih luas dari mata. Tetapi, perlu diwaspai bahwa ia dapat lebih jernih memandang jika ia terus dibersihkan.

Maka, ada suatu ungkapan, "Jika tidak ada orang yang dapat memberikan nasihat kepada kita, mintalah pada hatimu."