Selasa, 12 Januari 2010

Ihsan...Do the best of you!

Bismillah...

hanya mencoba mengingat-ingat materi mentoring yang pernah saya berikan kepada adik-adik mentorku dulu...:)
tentang sebuah istilah yang memang asal katanya berasal dari bahasa arab, "ihsan", yang artinya berbuat baik. Sebuah kata kerja yang berulang kali Allah katakan dalam Al Qur'an.

“…Dan berbuat baiklah kalian karena sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik.” (al-Baqarah:195)

"Jika kamu berbuat baik, (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri…” (al-Isra’: 7)

“…Dan berbuat baiklah (kepada orang lain) seperti halnya Allah berbuat baik terhadapmu….” (al-Qashash:77)

“Sesungguhnya Allah memerintahkanmu untuk berbuat adil dan kebaikan….”(an-Nahl: 90)

Bahkan dalam sebuah hadits, saat malaikat Jibril mendatangi rasulullah dan bertanya kepada beliau tentang islam, iman, dan IHSAN.

“Apa itu ihsan?", rasul menjawab, "Engkau menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, dan apabila engkau tidak dapat melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu.” (HR. Muslim)

Ihsan adalah puncak prestasi ibadah dan akhlak yang senantiasa menjadi target seluruh hamba Allah SWT. Sebab ihsan menjadikan kita sosok yang mendapatkan kemuliaan dari-Nya. Mendapatkan posisi yang paling terhormat dari-Nya.

Ihsan itu sendiri dapat dianalogikan sebagai suatu komponen dalam tegaknya suatu bangunan. Bersama dengan iman, sebagai "pondasi" nya, islam sebagai "tiang penyokong" nya, ihsan dapat dikiaskan sebagai "atap" dalam bangunan tersebut. Sebuah atap yang kiranya dapat melindungi semua komponen-komponen yang ada di bawahnya.

Begitu pula dengan makna ihsan sebenarnya, karena ia menjadi pemelihara amal-amal kita agar tetap berkualitas dan kontinyu, layaknya atap yang menjaga agar dinding dan seisinya itu tetap utuh terjaga. Ya, terjaga. Karena ihsan mengingatkan kita pula bahwa segala amal kita ada yang "melihat".

Berkaca pada diri kita, sudahkah belajar-belajar kita, kerja-kerja kita, amalan-amalan ibadah kita, bahkan niat-niat kita, adalah yang terbaik dari kita? Atau apakah kita masih lebih sering mengeluhkan pada keterbatasan kita sehingga menjadi alasan untuk tidak memberikan yang terbaik?

Manusia hidup pada keterbatasan. Tetapi bukankah selalu ada capaian maksimum dalam keterbatasan kita?

Allahua'lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar