Kamis, 30 Desember 2010

Tenanglah..

"Duhai angin, engkau keras menumbuk para rumah.. Layaknya aku yang sedang dihantam keras oleh masalah-masalahku yang bertubi-tubi ini.. Kenapa tidak Engkau timpakan masalah-masalahku ini kepada yang lain? Kenapa tidak kepada yang jelas lebih jahat dariku..", lirih dari seseorang terdengar keras ditengah hujan yang deras. Ada pula lirihan lain, "Ah, rasanya ingin kumatikan semua sistem yang ada di otak tengahku. Agar takut tak terus menghantuiku seperti ini.. Ah, rasanya ingin lari.."

Satu dua bait permintaan yang rasanya tidak logis untuk dilakukan. Sayangnya sumpah serapah semacam ini lebih sering terdengar oleh kita.

Tenanglah..Tetap berikan seungkap doa-doa untuk kebaikan semua..

Tenanglah..

Selasa, 28 Desember 2010

Terbanglah.

Ah, sang garuda rupanya malas terbang. Seolah tak pernah rasanya ia injakkan kakinya di tanah bumi. Bermandikan rumput menyilir. Ia merasa rendah sekali.

Ah, sang garuda. Orang tak bangga lihat engkau seperti itu. Engkau jadi tak seperti gagahnya elang. Engkau cuma layaknya hidangan sang harimau.

Ah, sang garuda. Terbanglah lagi ke atas. Aku tak suruh engkau lupa daratan. Begitu juga aku tak minta engkau ada di bawah setiap saat.

Ah, sang garuda. sebelum terbang engkau sudah mampu. Saat terbang engkau pun kuat. Hanya saat kau dapatkan mangsa, bukan cuma kau yang tentukan. Tuhan yang ciptakan.

Minggu, 26 Desember 2010

Ketika Konflik itu Datang.

"Kemarin saat sedang berada dalam suatu acara, ibunda juga sedang datang ke kota tempat saya berada. Pilihannya, saya izin dari acara tersebut, namun satu hal bahwa saya memiliki peran yang sebenarnya tidak dapat didelegasikan kepada yang lain dalam acara terkait. Tetapi dalam sisi yang lainnya, jelas bahwa saya pun tidak memiliki pilihan untuk mendelegasikan peran saya sebagai seorang anak. Jadi bagaimana sebaiknya?"

Sang pencerita menggambarkan sesuatu yang mungkin sering kita alami. Kita sebut itu konflik.

Konflik sering datang kepada kita, baik sengaja maupun tidak disengaja, baik perlahan maupun mendadak. Celakanya adalah saat konflik itu datang kita tidak punya jawaban. Yang terbanyak mungkin adalah menghindari atau memberikan jawaban konflik dengan emosional. Respon yang negatif semacam ini bukanlah penyelesaian yang baik. Konflik bukanlah untuk dihindari, walaupun kita pun tidak diminta membuat-buat konflik. Konflik juga bisa jadi hanyalah sesuatu yang kecil, maka dari itu jangan ditumbuhbesarkan. Menyelesaikan dengan halus dan konkrit, itu lebih baik. Menyadari bahwa dalam konflik itu semua yang telibat bisa jadi hanya ingin diakomodasikan kepentingannya.

Dan jawaban yang diberikan dalam cerita tadi adalah, "Kamu lebih baik bilang kepada orang tua kamu bahwa kamu sedang ada acara di luar yang tidak bisa ditinggalkan. Pastikan juga kamu akan menemui beliau, walaupun kamu terlambat. Setelah kamu dapat menemuinya, bawa sedikit kado kecil untuk sang ibunda."

Jumat, 24 Desember 2010

Harapan

Memanglah jika kita punya batasan. Tak perlu khawatir akan kegagalan. Tapi belajarlah ke depan. Karena di sana ada tantangan.

Kita tahu harus berjalan. Karna waktu kan selalu dilewatkan. Dengan pekerjaan-pekerjaan. Yang tidak untuk membebankan. Maka ringankan. Lepaskanlah pikiran. Di sini saling menguatkan.

Kita perlu tahu kebebasan. Namun tidak lupa aturan. Kita perlu melawan. Untuk hati yang kegelisahan. Dan penuh keraguan.

Buatlah masa depan. Secerah harapan.

Kamis, 16 Desember 2010

Kapan Bangkit?

Aku bertahan hingga saat ini, bisa jadi karena aku siap memberikan energi besar di sini.

Aku bertahan hingga saat ini, karena aku berani melihat dan menatap luas, apa yang ada di depan sana.

Namun aku masih bertahan hingga saat ini, bisa jadi hanya karena rasa tanggung jawabku yang dahulu telah memilih. Mungkin hampir-hampir tak tersisa aliran cakra yang terpusat ke lubuk sanubari. Kekosongan jiwa, kelesuan badan, kelemahan pikiran, gejala itu bermunculan. Haruskah kembali ke belakang?

Tidak untuk memulai mundur. Melainkan untuk merencanakan maju kembali. Mencari celah untuk bangkit. Menapakkan kaki ke pijakan yang kuat, untuk melompat lebih tepat dan cepat. Apakah sendiri? Melangkahlah bersama. Kebersamaan untuk membangun bersama. Bersatu untuk menyatukan hati yang satu. Menata untuk kehidupan yang nyata.

Rabu, 01 Desember 2010

Masalah

Menjadi sebuah konsekuensi sebagai makhluk pembawa amanah. Sejak dilahirkan sampai maut menjemputnya. Atau bahkan hakikatnya adalah jauh sebelum raga kita dibentuk di dalam rahim. Itulah kita, sobat. Maka tidakkah kita merasa aneh jika masih terlalu banyak berpikir untuk terhindar dari masalah? Amanah itu identik dengan masalah.